Jumat, 21 November 2014

Cara Membuat Benih Rajungan

                                                                             
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki garis pantai terpanjang di dunia. Dengan garis pantai yang panjang ini, Indonesia memiliki potensi kepiting yang sangat besar. dari 234 jenis kepiting yang hidup di perairan Indo-Pasifik Barat, 124 jenis di antaranya dapat dijumpai di perairan Indonesia. Namun dari antara semua jenis kepiting ini, hanya beberapa jenis saja yang telah dikenal karena kelezatannya sebagai makanan.
Rajungan merupakan komoditas perikanan yang saat ini banyak diminati, memiliki nilai ekonomis tinggi dan mulai dikembangkan pembudidayaannya. Selain karena rasanya yang lezat, juga karena nilai jual yang terkenal cukup mahal. Nilai gizi dari rajungan juga cukup tinggi, dengan protein sekitar 65 persen, mineral 7,5 persen dan lemak tak sampai 1 persen. Rajungan telah diekspor ke berbagai negara dalam bentuk rajungan segar maupun olahan, di mana rajungan segar banyak diminta oleh negara Singapura dan dalam bentuk beku ke negara Jepang dan Amerika. Sampai saat ini seluruh kebutuhan ekspor rajungan masih mengandalkan dari hasil tangkapan di laut, sehingga dikhawatirkan akan mempengaruhi populasi di alam.
permintaan negara Amerika Serikat lewat PT. Philips Seafood Indonesia yang mencapai 60 ribu ton per tahun. Untuk negara-negara di Asia seperti Singapura, Hong Kong dan Jepang, PT Tonga Tiur memasok ribuan ton per tahunnya. Sementara itu untuk kebutuhan lokal, dalam jumlah yang sama dipasok oleh PT Windika Utama. Sayangnya, permintaan itu baru bisa dipenuhi sekitar 30 ribu ton rajungan atau 7.500 ton daging rajungan per tahun. Secara keseluruhan di Indonesia ada sekitar 10 perusahaan pengolah rajungan dengan total kapasitas produksi sebesar 95,25 ton/hari. Realisasinya baru sekitar 57,75 ton/hari atau sekitar 60,63 persen. Itu pun 70 persen berasal dari rajungan yang ditangkap di alam dan hanya sekitar 30 persen yang dihasilkan dari kegiatan budi daya. Sehingga peluang bisnis rajungan ini masih terbuka lebar.
Selain rajungan ukuran konsumsi sebagai komoditas ekspor unggulan, dewasa ini rajungan ukuran kecil (berat ± 1,8 gram/ekor) telah menjadi jenis makanan baru yang banyak di minati oleh orang Jepang sebagai camilan ketika minum sake. Hal ini menjadi peluang baru dalam usaha budidaya rajungan. Namun peluang ini belum diikuti dengan teknologi untuk memproduksi benih rajungan tersebut dalam skala massal.
Salah satu kendala dalam pengembangan teknologi pembenihan rajungan adalah rendahnya persentase sintasan benih atau tingkat kelangsungan hidup yang dihasilkan dan belum ada teknologi perbenihan rajungan yang mudah diaplikasikan.
2.1. Biologi Rajungan
2.1.1. Klasifikasi Rajungan
dilihat dari sistematikanya rajungan termasuk ke dalam :
·         Kingdom                      : Animalia
·         Sub Kingdom             : Eumetazoa
·         Grade                          : Bilateria
·         Divisi                            : Eucoelomata
·         Section                        : Protostomia
·         Filum                           : Arthropoda
·         Kelas                           : Crustacea
·         Sub Kelas                    : Malacostraca
·         Ordo                            : Decapoda
·         Sub Ordo                     : Reptantia
·         Seksi                           : Brachyura
·         Sub Seksi                    : Branchyrhyncha
·         Famili                           : Portunidae
·         Sub Famili                   : Portunninae
·         Genus                          : Portunus
·         Spesies                        : Portunus pelagicus
Dari beberapa jenis kepiting yang dapat berenang (swimming crab), sebagian besar merupakan jenis rajungan. Sebagai contoh yang banyak terdapat di Teluk Jakarta adalah 7 jenis rajungan seperti Portunus pelagicus, P. sanguinolentus, Thalamita crenata, Thalamita danae, Charybdis cruciata, Charibdis natator, Podophthalmus vigil.








2.1.2. Morfologi
Secara umum morfologi rajungan berbeda dengan kepiting bakau, di mana rajungan (Portunus pelagicus) memiliki bentuk tubuh yang lebih ramping dengan capit yang lebih panjang dan memiliki berbagai warna yang menarik pada karapasnya. Rajungan (Portunus pelagicus) memiliki karapas berbentuk bulat pipih, sebelah kiri-kanan mata terdapat duri sembilan buah, dimana duri yang terakhir berukuran lebih panjang. Rajungan mempunyai 5 pasang kaki, yang terdiri atas 1 pasang kaki (capit) berfungsi sebagai pemegang dan memasukkan makanan kedalam mulutnya, 3 pasang kaki sebagai kaki jalan dan sepasang kaki terakhir mengalami modifikasi menjadi alat renang yang ujungnya menjadi pipih dan membundar seperti dayung.
Induk rajungan mempunyai capit yang lebih panjang dari kepiting bakau, dan karapasnya memiliki duri sebanyak 9 buah yang terdapat pada sebelah kanan kiri mata. Bobot rajungan dapat mencapai 400 gram, dengan ukuran karapas sekitar 300 mm (12 inchi), Rajungan bisa mencapai panjang 18 cm, capitnya kokoh, panjang dan berduri-duri.
Rajungan mempunyai karapas berbentuk bulat pipih dengan warna yang sangat menarik. Ukuran karapas lebih besar ke arah samping dengan permukaan yang tidak terlalu jelas pembagian daerahnya. Sebelah kiri dan kanan karapasnya terdapat duri besar, jumlah duri sisi belakang matanya sebanyak 9, 6, 5 atau 4 dan antara matanya terdapat 4 buah duri besar.
Pada hewan ini terlihat menyolok perbedaan antara jantan dan betina. Ukuran rajungan antara yang jantan dan betina berbeda pada umur yang sama. Yang jantan lebih besar dan berwarna lebih cerah serta berpigmen biru terang. Sedang yang betina berwarna sedikit lebih coklat. Rajungan jantan mempunyai ukuran tubuh lebih besar dan capitnya lebih panjang daripada betina. Perbedaan lainnya adalah warna dasar, rajungan jantan berwarna kebiru-biruan dengan bercak-bercak putih terang, sedangkan betina berwarna dasar kehijau-hijauan dengan bercak-bercak putih agak suram. Perbedaan warna ini jelas pada individu yang agak besar walaupun belum dewasa.
2.1.3. Habitat Rajungan
habitat rajungan adalah pada pantai bersubstrat pasir, pasir berlumpur dan di pulau berkarang, juga berenang dari dekat permukaan laut (sekitar 1 m) sampai kedalaman 65 meter. Rajungan hidup di daerah estuaria kemudian bermigrasi ke perairan yang bersalinitas lebih tinggi untuk menetaskan telurnya, dan setelah mencapai rajungan muda akan kembali ke estuaria.
Rajungan banyak menghabiskan hidupnya dengan membenamkan tubuhnya di permukaan pasir dan hanya menonjolkan matanya untuk menunggu ikan dan jenis invertebrata lainnya yang mencoba mendekati untuk diserang atau dimangsa. Perkawinan rajungan terjadi pada musim panas, dan terlihat yang jantan melekatkan diri pada betina kemudian menghabiskan beberapa waktu perkawinan dengan berenang.
Sebagaimana halnya dengan kerabatnya, yaitu kepiting bakau, di alam makanan rajungan juga berupa ikan kecil, udang-udang kecil, binatang invertebrata, detritus dan merupakan binatang karnivora. Rajungan juga cukup tanggap terhadap pemberian pakan formula/pellet. Sewaktu masih stadia larva, hewan ini merupakan pemakan plankton, baik phyto maupun zooplakton.
2.1.4. Siklus Hidup
jika kondisi lingkungan memungkinkan, rajungan dapat bertahan hidup hingga mencapai umur 3 – 4 tahun. Sementara itu, pada umur 12 – 14 bulan rajungan sudah dianggap dewasa dan dapat dipijahkan. Sekali memijah, rajungan mampu menghasilkan jutaan telur. Di alam bebas, jumlah telur yang mampu menjadi rajungan dewasa sangat sedikit, karena terlalu banyak musuh alaminya.
2.2. Persyaratan Lokasi Pembenihan
Pemilihan lokasi merupakan faktor utama dalam menentukan keberhasilan pembenihan rajungan. lokasi pembenihan harus berada di tepi pantai, hal ini dikarenakan untuk penyediaan air laut sebagai media pemeliharaan. Air laut tersebut sebelum dimasukkan ke bak pemeliharaan terlebih dahulu disaring dengan menggunakan filter bag.  Bak yang akan digunakan berada didekat pantai dan penyediaan air laut lebih mudah untuk disalurkan secara langsung dengan cara dipompa, maka harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a.      Kondisi dasar laut tidak berlumpur.
b.      Air laut yang dipompa harus bersih, jernih dan tidak tercemar dengan salinitas 30 – 34 ppt.
c.      Air laut dapat dipompa secara terus menerus minimal selama 20 jam.
2.3. Penyediaan Induk
2.3.1. Sumber Induk
Untuk mendapatkan larva awal (zoea) pada pembenihan rajungan adalah dengan cara membeli induk rajungan bertelur di luar (tingkat kematangan III). Induk rajungan dapat diperoleh dari pedagang pengumpul di sekitar lokasi unit pembenihan, atau dengan memesan langsung pada nelayan rajungan. Dengan kepadatan awal larva 100 ekor/liter dan kapasitas media pemeliharaan sebanyak 8.000 liter dibutuhkan 4 ekor induk rajungan bertelur, sehingga ketika memilih induk perlu diperhatikan juga tingkat kematangan telur (embrio) pada induk rajungan. Khusus di Jepara, induk rajungan bertelur per ekornya dibeli dengan harga Rp. 15.000,-.
2.3.2. Persyaratan Induk
adapun persyaratan untuk induk rajungan yang dipakai adalah induk matang telur Tk.III, dengan ukuran lebar karapas antara 12 – 15 cm dengan berat 100 – 300 gram.
2.3.3. Pemeliharaan Induk
            Induk sebanyak 10 ekor (9 betina dan 1 jantan) ditempatkan dalam bak pemeliharaan induk yang terbuat dari beton berukuran panjang, lebar dan tinggi masing-masing 3,2 x 1,8 x 1,2 m yang diisi air laut dengan salinitas berkisar 33 – 34 ppt dan suhu berkisar 30 – 310 C. Bak pemeliharaan tersebut dilengkapi sistem sirkulasi dan diberi aerasi. Selama pemeliharaan, induk rajungan diberi pakan berupa cumi-cumi 2 kali sehari. Pergantian air dilakukan sebanyak 50% volume setiap 2 minggu sekali dan dilakukan penyiponan sisa pakan dan kotoran setiap 2 atau 3 hari sekali, bergantung sisa pakan yang ada.
2.3.4. Seleksi Induk Matang Telur
            Proses seleksi yang dilakukan adalah untuk memilih induk yang telah matang telur dan siap ditetaskan. disarankan untuk memilih induk dengan warna telur masih kuning atau orange, hal ini dapat memberi waktu antara 3 – 6 hari bagi teknisi untuk mempersiapkan sarana serta media bagi pemeliharaan larva rajungan.
            untuk mengetahui induk yang mengandung telur maka dilakukan pengamatan setiap pagi hari. Bila induk telah mengandung telur berwarna kuning, maka induk tersebut dibiarkan dahulu selama 3 hari dalam bak pemeliharaan induk. Setelah itu dipindahkan dalam bak akuarium volume 150 liter yang diberi lapisan pasir dan sirkulasi air dengan sistem ‘’double bottom’’ dan diberi aerasi. Pengamatan telur dilakukan secara intensif setiap pagi hari untuk melihat perubahan warna telur tersebut. Bila warna telur telah berubah dari kuning, ke coklat dan hitam seluruhnya dan secara mikroskopik dilihat pada pinggiran telur tersebut telah berwarna jingga, maka induk tersebut dipindahkan ke dalam wadah penetasan pada sore hari.
2.4. Pengeraman dan Penetasan Telur
sebelum dipelihara di bak pengeraman, rajungan satu persatu dibersihkan terlebih dahulu dengan air laut steril yang telah dipersiapkan, 1 ekor induk bertelur ditempatkan dalam 1 bak pengeraman. Penggantian air pada bak pengeraman dilakukan setiap hari sebanyak 100%, dan selama masa pengeraman induk bertelur tidak diberi pakan (pemuasaan) Hal ini untuk mengurangi kontaminasi dari pakan segar yang diberi terhadap telur yang sedang dierami. Selain itu, pada masa pengeraman induk rajungan tidak mau makan.
Penetasan telur berlangsung selama 1 – 2 hari setelah induk dimasukkan ke dalam bak penetasan. Penetasan berlangsung pada pagi hari antara pukul 06.30 hingga pukul 09.00 selama ± 1 – 2 jam. Dalam proses penetasan, induk rajungan akan berenang berkeliling dalam bak penetasan dengan mengibaskan kaki renangnya secara cepat sambil jalan menggaruk-menggaruk masa telur. Induk rajungan yang berukuran besar akan menghasilkan zoea lebih banyak. Seekor induk rajungan dapat menghasilkan telur sekitar 1 – 2 juta pada ukuran lebar karapas 10 cm – 12 cm dengan derajat penetasan berkisar 95% – 98%.
2.5. Pemeliharaan Larva
2.5.1. Persiapan Media Pemeliharaan Larva
Langkah awal yang dilakukan dalam pemeliharaan larva rajungan yaitu menyiapkan bak dengan melengkapi sistem aerasi dan mengisi air laut sebanyak tiga perempat dari volume bak. Diusahakan dapat mempertahankan suhu air yang konstan 29,50 C – 30,00C, salinitas air 30 – 33 ppt, pH air sekitar 8 – 8,5,  oksigen terlarut 4,5 – 5,2 mg/L atau dengan kecepatan aerasi 60 – 75 detik/Lt dan intesitas cahaya sekitar 2.500 – 3000 lux. Untuk pengaturan suhu air supaya tidak terlalu berfluktuasi antara siang dan malam, maka dapat dilakukan dengan menutup bak dengan plastik yang diatur sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu teknisi yang bekerja atau dapat juga dengan memberikan alat pemanas otomatis.
sebelum dilakukan penebaran, bak pemeliharaan larva harus disiapkan terlebih dahulu sebaik mungkin sesuai dengan kebutuhan bagi kehidupan larva kepiting. Air yang jernih dapat diperoleh dengan proses penyaringan di saringan pasir (sand filter ) dan diendapkan selama dua hari.
air media pemeliharaan digunakan air laut dengan salinitas antara 31 – 33 ppt, yang telah disaring terlebih dahulu dengan menggunakan sand filter pada bak reservoir. Pada bak pemeliharaan dilengkapi dengan 9 buah batu aerasi dengan jarak antar batu aerasi 0,5 m. Kekuatan aerasi diatur sedemikian rupa sehingga tidak terlalu kuat atau lemah tekanannya.
2.5.2. Penebaran Larva
larva yang baru menetas (zoea-1) dari bak penetasan, dengan kondisi larva sehat umumnya berkumpul pada bagian tertentu (melayang di bagian atas media air) dan diambil secara perlahan dengan gayung. Larva kemudian ditampung dalam wadah volume 100 liter dan diberi aerasi secara terus menerus dan dihitung. Larva rajungan diberi larutan formalin dosis 25 mg/L selama 30 menit, dan iodine dosis 150 mg/L selama 10 menit, dengan maksud agar terbebas dari kontaminasi bakteri, parasit dan jamur. Pemberian formalin dan iodine dapat dilakukan dengan melarutkannya dalam gayung kemudian dituangkan secara perlahan dalam bak larva. Larva rajungan yang sehat ditunjukkan dengan gerakan yang lincah, ukurannya cukup besar (panjang karapas : 500 – 550 mm).
dengan padat penebaran sebesar 50 – 100 ekor/liter, maka untuk bak pembenihan rajungan dengan volume media pemeliharaan 8.000 liter dibutuhkan larva zoea sebanyak 400.000 – 800.000 ekor. Larva yang sudah diseleksi dan dihitung kemudian ditebar pada bak pemeliharaan larva secara hati-hati.
2.5.3. Pengelolaan Pakan
Selama masa pemeliharaan, larva rajungan diberi pakan berupa makanan alami dan pakan tambahan (artificial feed). pakan yang digunakan selama pemeliharaan rajungan adalah sebagai berikut :
a. Chlorella sp
Pemberian inokulant chlorella sp dilakukan sebelum larva zoea rajungan ditebar ke bak pembenihan dengan kepadatan 50.000 – 500.000 sel/ml, kepadatan demikian terus dipertahankan hingga rajungan menjadi benih dan siap untuk dipanen. Chlorella sp yang diberikan berfungsi sebagai pakan bagi rotifera sekaligus mengurangi intensitas cahaya matahari masuk. Penambahan inokulant plankton ke media pembenihan tergantung pada kepadatan chlorella sp di air media pembenihan.
b. Rotifera (Brachionus sp)
Rotifera diberikan setelah larva zoea ditebar ke bak pembenihan, pemberian rotifera dilakukan selama 7 hari yaitu pada saat penebaran hingga hari ke-6 dengan kepadatan sebesar 5 – 15 ekor/ml. Rotifera diberikan hanya sekali sehari dan diberikan pada pagi hari. Untuk bak pembenihan rajungan kapasitas 8.000 liter diperlukan 6,25 – 10 ekor/ml.
c. Naupli Artemia
Naupli artemia diberikan pada hari ke-2 setelah penebaran larva zoea hingga larva rajungan menjadi crab 1 (hari 13 atau 14). Naupli artemia diberikan berkisar 5 – 20 Naupli/larva/hari. Pada awal pemeliharaan yaitu dari umur 1 – 6 hari naupli yang diberikan sebesar 5 – 7 Naupli/larva/hari. Ketika larva rajungan mulai umur 7 hari hingga hari ke-13 naupli artemia yang diberikan adalah sebesar 10 – 20 Naupli/larva/hari. Naupli artemia diberikan 2 kali yaitu pada pagi hari (Jam 08.00 WIB) serta malam hari (jam 20.00 WIB).
artemia sangat populer di pasaran dengan merek dagang yang bermacam-macam. Juga dengan kemasannya. Kista artemia dalam kemasan kaleng vakum seberat 425 g/kaleng, sementara dalam kemasan plastik antara 500 – 1000 gram. Untuk menyiapkan pakan larva rajungan yang berupa nauplius artemia, pertama dengan menyiapkan bak penetasan kista artemia dengan mengikuti petunjuk yang ada dalam kaleng kista tersebut.
d. Pakan Buatan
Pada pembenihan rajungan, pakan buatan yang dipergunakan merupakan pakan komersial yang biasa dipergunakan pada pembenihan udang windu. Ukuran pakan yang digunakan berkisar antara 100 – 400 mikron, dimana ukuran pakan 100 – 150 mikron pada hari 1 – 6, ukuran 200 – 300 mikron pada hari 7 – 13 sedangkan ukuran > 400 mikron dipergunakan mulai umur pemeliharaan hari ke-14 . Frekuensi pemberian pakan buatan 4x sehari, dengan dosis pakan yang diberikan mulai 0,4 ppm hingga 1 ppm. Pakan buatan mulai diberikan pada hari pertama hingga larva zoea rajungan siap panen.
e. Udang Kupas
Pemberian udang kupasan yang telah dihaluskan (diblender) dilakukan ketika larva rajungan menjadi Crab-1 (hari 13 atau 14) hingga panen (Crab-5 pada hari ke-16). Jumlah udang kupas halus yang diberikan berkisar 10 – 30 gram per 5.000 ekor crab. Biasanya udang kupas halus pada crab 1 2  diberikan sebanyak 160 – 200 gram per harinya, jumlah pemberian udang kupas halus ini akan meningkat hingga 450 gram mulai crab 3 hingga benih siap dipanen.
Tabel 1. Dosis pakan komersial, rotifera dan naupli artemia yang diberikan selama pemeliharaan larva rajungan
Stadia
Larva
Dosis
pakan
komersial g/M3/hari
Ukuran
partikel
pakan
komersial
(mm)
Frekuensi
pemberian
(kali/hari)
Kepadata
rotifera
(ind./mL)
Kepadata
artemia
(ind./mL)
Zoea- 1
0,5 – 2
5 – 30
3
7
0,5
Zoea- 2
2 – 3
30 – 90
3
10
1,0
Zoea- 3
4 – 5
30 – 90 dan
150 – 200
3
15
1,5
Zoea- 4
6 – 8
150 – 200
3
20
2,0
Megalopa
8 – 10
150 – 200
3
-
2,0
Sumber : Susanto, dkk., (2005).
2.5.4. Pengelolaan Kualitas Air Media Pemeliharaan Larva
Sumber air yang baik digunakan dalam pemeliharaan larva rajungan berupa air laut yang disaring dengan filter pasir, kemudian disucihamakan dengan chlorin. sumber air untuk pemeliharaan larva rajungan berasal dari laut yang telah disaring dengan filter pasir, kemudian disterilkan dengan Sodium hypochlorit dan dinetralkan dengan Sodium thiosulfate.
Pergantian air dalam bak pemeliharaan larva dimulai saat stadia zoea-2 yaitu sebanyak 10% per hari, kemudian meningkat sampai stadia megalopa menjadi 20% – 50% per hari.
pergantian air dapat dilakukan setelah menginjak zoea-3, yaitu sebanyak 25%. Pergantian air dapat ditingkatkan menjadi 30% untuk zoea-4 dan stadium megalopa ke atas. Pergantian air diatur sedemikian rupa sehingga salinitasnya pelan-pelan turun hingga pada salinitas 25 ppt pada saat larva mencapai fase kepiting muda (crab). Pada saat pergantian air hendaknya diusahakan agar tidak terjadi perubahan (fluktuasi) suhu dan salinitas yang terlalu tinggi.
2.5.5. Monitoring Pertumbuhan
Laju pertumbuhan dan tingkat kehidupan (Survival rate) dapat diketahui dengan cara melakukan sampling. Sampling dilakukan pada malam hari karena larva rajungan tertarik pada cahaya (Fototaksis positif) sehingga memudahkan pengamatan terhadap larva. Jika permukaan air bak diberi sinar, (misalnya lampu senter), maka larva akan berkumpul di permukaan air. Untuk mengambil sampel, larva dapat diambil dengan menggunakan pipa sepanjang ± 1,5 m yang dilengkapi kran.
Pengambilan sampel dilakukan dengan mencelupkan pipa dalam keadaan kran terbuka sampai tinggi air dalam pipa sama dengan tinggi air dalam bak pemeliharaan larva. Kemudian, kran ditutup dan ujung pipa bagian bawah disumbat dengan telapak tangan. Dengan demikian, air sampel dalam pipa terhisap ke atas sehingga pada saat diangkat air sampel tidak jatuh kedalam bak pemeliharaan larva. Sampling dilakukan minimal 2 hari sekali karena masa kritis benih rajungan terletak pada larva, terutama larva yang masih stadia zoea. Untuk memudahkan perhitungan larva, sebaiknya disediakan alat penghitung larva. Agar tampak jelas pada perhitungan larva, maka diperlukan wadah yang berwarna putih untuk menampung sampel yang akan dihitung.
Perkembangan zoea dimonitor setiap hari dengan melihat perubahan bentuk zoea di bawah mikroskop. Pengamatan perkembangan zoea ini penting karena berhubungan dengan jenis dan dosis pakan yang akan diberikan. Perkembangan stadia zoea rajungan yang tersaji pada Gambar 4. Pada stadia zoea-1 dapat ditandai dengan melihat pereiopod berjumlah 4 buah, sedang zoea-2 berjumlah 6 buah atau lebih. Stadia zoea-3, mulai muncul/tumbuh pleopod, dan zoea-4 pleopod tumbuh lebih panjang, kemudian bermetamorfosis menjadi megalopa.
2.5.6. Pengendalian Penyakit
Selain melakukan kegiatan penggantian air untuk menjaga kualitas air tetap baik, dilakukan pula usaha preventif (pencegahan) timbulnya penyakit dengan cara pemberian obat-obatan. Pemberian obat-obatan ini dilakukan setiap tiga hari sekali. Obat-obatan yang digunakan selama melakukan pemeliharaan larva rajungan ini adalah antibiotik Erithromycin 1,3 ppm, herbisida treflan 0,02 ppm dan Furazolidon 1 ppm. Pemberian obat-obatan ini dilakukan berselang-seling dengan maksud agar spectrum organisme pathogen yang dikendalikan lebih luas.
Respon larva rajungan terhadap obat-obatan dan antibiotik yang diberikan selama pemeliharaan cukup baik yaitu larva rajungan tidak mati saat diberi perlakuan tersebut. Namun demikian, penggunaan obat-obatan atau antibiotik secara terus menerus tidak dianjurkan. Untuk mencegah timbulnya penyakit pada pemeliharaan larva rajungan dapat dilakukan dengan menjaga keseimbangan bilogis medium pemeliharaan larva.
2.6. Panen dan Pasca Panen
2.6.1. Panen
kegiatan panen dilakukan setelah seluruh larva memasuki stadia crab-1, yakni setelah berkisar 30 – 40 hari pemeliharaan. Ukuran crab-1 yang dipanen mempunyai lebar karapas antara 2 – 4 mm dan panjang 2 – 4 mm. Alat yang diperlukan untuk panen larva rajungan adalah saringan, serok dan mangkok plastik.
Cara panen larva rajungan dilakukan dengan cara mengurangi air media pemeliharaan melalui saringan hingga mencapai ketinggian air 10 cm. Kemudian benih ditangkap dengan menggunakan scopnet/seser.
2.6.2. Pasca Panen
            Larva rajungan yang dipanen ditampung di dalam ember plastik yang diberi aerasi lemah. Penghitungan larva dilakukan dengan menggunakan mangkok plastik putih. Kemudian, benih rajungan yang telah dihitung segera dipindahkan ke dalam wadah yang telah dipersiapkan sebelumnya dengan dasar bak yang diberi pasir halus setebal 0,5 cm sebagai tempat untuk berlindung.

2 komentar:


  1. PUSAT SARANA BIOTEKNOLOGI AGRO

    menyediakan bio aqua untuk keperluan penelitian, laboratorium, mandiri, perusahaan .. hub 081805185805 / 0341-343111 atau kunjungi kami di https://www TOKOPEDIA.com/indobiotech temukan juga berbagai kebutuhan anda lainnya seputar bioteknologi agro

    BalasHapus
  2. Harrah's Atlantic City's Casino site is BLACKLISTED
    Harrah's Atlantic City has been on the map for 25 years luckyclub and its location is As of June 1, 2020, Harrah's Atlantic City has one casino,

    BalasHapus